Tribun Faperta. Pengembangan digitalisasi pertanian hortikultura di Indonesia menjadi salah satu upaya Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mendorong pengembangan pertanian di era ini.
Bahkan program ini menjadi strategi utama berbasis internet of thing (IoT), selain target pembangunan 1.000 kampung hortikultura dan penumbuhan lebih 500 UMKM.
Sekretaris Ditjen Hortikultura Kementan Retno Sri Hartarti Mulyandari mengatakan, Kementan menaungi pembinaan 569 komoditas. Di antaranya adalah 26 jenis sayuran, 15 jenis tanaman obat, 27 jenis buah dan 19 jenis tanaman hias.
Dalam menjalankan kebijakan ini, pihaknya melibatkan semua pemangku kepentingan untuk mendorong produktivitas dan memberi nilai tambah.
“Digitalisasi di kampung hortikultura misalnya komoditas pisang mas, kirana, kami upayakan pengembangan satu kampung dengan satu komoditas hortikultura unggulan,” ujarnya dalam webinar Suara Agrina, Kamis (21/10).
Untuk penumbuhan UMKM hortikultura, Kementan bekerjasama dengan Kementerian Koperasi dan UKM. Nantinya pihaknya akan mengembangkan pertanian berbasis korporasi petani sehingga memiliki skala usaha yang kompetitif.
Penerapan digitailisasi dilakukan pada kegiatan kegiatan budidaya pertanian sehingga sesuai dengan prinsip good agriculture pracitises (GAP).
Co founder INTA crop Technology Spain, Antonio Marheunda, menambahkan bahwa pihaknya menyediakan sistem instalasi teknologi mitigasi irigasi babis IoT untuk greenhouse yang sudah diadopsi di 30 negara.
Selain pengaturan pengairan, instlasi ini juga mengirimkan sensor pemberian nutrisi esensial baik mako element dan micro elemen. Terkait pengaturan pemupukan dilakukan langsung pada akar tanaman yang merupakan kombinasi prosesor fertilasi soluasi dan pH kontrol yang membuat maksimalisasi serapan bagi tanaman.
Mantan Menteri Pertanian, Bungaran Saragih mengingatkan Indonesia lebih membutuhkan smart farming sebagai sistem agribisnis. Sistem informasi teknologi harus mampu mengintegrasikan setiap unit sarana pertanian seperti irigasi, pemumupukan terpisah, Artinya kehadiran digitalisasi adalah suatu keniscayaan. Hanya saja, jangan sampai membuat petani Indonesia terjebak.Teknologi canggih hanyalah alat bukan tujuan.Tidak terkecuali bagi petani gurem, perannya harus memberikan kontribusi