By. Nuzul Widyas
Informasi tentang bangsa sapi Belgian Blue sudah banyak dibahas pada artikel-artikel sebelumnya. Untuk merangkum isi dari artikel tersebut, Sapi Belgian Blue adalah sapi dari spesies Bos taurus yang dikembangkan di Belgia dan terkenal karena sifat perototan ganda atau double muscling (DM). Sifat DM pada populasi Belgian Blue dikontrol oleh mutasi pada gen myostatin (MSTN). Mutasi ini mematikan fungsi regulasi otot, sehongga tumbuh kembang otot tidak terkendali. Fenomena ini menyebabkan sapi Belgian Blue memiliki kemampuan untuk menghasilkan daging hingga 30% lebih banyak dari rata-rata sapi Bos taurus konvensional. Namun di sisi lain, kondisi DM juga memiliki dampak fisiologis yang mengganggu fungsi biologis normal pada individu yang memilikinya.
Disamping itu, mutasi myostatin juga memiliki pengaruh pleiotropic; yaitu mempengaruhi gen-gen lain yang memiliki interaksi dengan gen myostatin. Pengaruh interaksi dari gen myostatin ini kebanyakan bersifat negatif. Pengaruh negatif yang paling dikenal dari mutasi ini adalah tingginya peristiwa distokia atau kesulitan melahirkan pada sapi-sapi betina DM. Pengaruh lain yang terkait dengan potensi depopulasi adalah terjadinya deformasi rahang pedet dan pembengkakan (over-enlargement) lidah. Kelainan ini menimbulkan kesulitan bagi pedet untuk menyusu secara normal yang berakibat pada survivabilitas,
Isu-isu ini sangat dikenal dan diakui oleh berbagai pihak; pihak yang mempromosikan upaya peningkatan produksi daging rendah lemak dengan memanfaatkan bangsa sapi ini tidak menyarankan pemeliharaan sapi Belgian Blue murni. Bahkan, mereka merekomendasikan untuk hanya menggunakan pejantan Belgian Blue sebagai sumber semen bagi sapi potong crossbred.
Operasi sesar (Cesarian section = CS)
Bagi breeder sapi Belgian Blue, kesulitan melahirkan yang diasosiasikan dengan DM diselesaikan dengan pelaksanaan CS secara sistematis pada populasi purebred. Di Belgia sendiri, pelaksanaan CS secara berkali-kali pada satu ekor induk sapi tidak dikategorikan sebagai tindakan yang melanggar etika animal welfare.
Meskipun begitu, CS tetaplah merupakan operasi mayor dengan peluang komplikasi yang tinggi. Purebred Belgian Blue telah dikembangbiakkan untuk satu karakteristik spesifik yang sayangnya, menyebabkan induk betinanya untuk melahirkan pedet sehat secara alami. Sehingga dalam hal ini hasrat untuk mengembangkan sapi yang menghasilkan daging rendah lemak dengan kuantitas tinggi telah mengabaikan aspek animal welfare.
Data dari penelitian yang sudah ada menunjukkan bahwa prosentase CS pada populasi purebred Belgian Blue adalah 80-95%; sedangkan pada populasi crossbred dengan pejantan Belgian Blue, proporsi CS hanya 3-5%. Namun perlu diingat, bahwa untuk mendukung program crossbreeding semacam ini, tetap diperlukan populasi Belgian blue murni, yang kembali lagi keberadaannya harus dibayar dengan harga yang sangat tinggi dari aspek animal welfare.
Dari sudut pandang animal welfare, CS hanya dapat dilakukan jika dan hanya jika ada resiko kematian pedet dan/atau induknya pada proses kelahiran. Sedangkan pada kawanan Belgian Blue murni, CS dilakukan oleh peternak hanya berdasarkan pertimbangan ekonomis, tanpa ada pertimbangan biologis ataupun welfare. Pada kawanan ini, kriteria ”betina melahirkan tanpa CS”, tidak termasuk kategori dalam program seleksi. Sehingga dapat diasumsikan bahwa pada suatu saat tidak ada satupun betina di dalam kawanan Belgian Blue murni dapat melahirkan secara normal.
Ada dua isu terkait yang perlu dipertimbangkan. Pertama, mengapa lebih banyak perusahaan sapi potong komersial tidak merekomendasikan purebred Belgian Blue – meskipun mereka memiliki visi untuk menghasilkan daging sebanyak dan semurah mungkin? Jawabannya adalah karena perusahaan-perusahaan ini dioperasikan secara ekstensive dengan supervisi proses kelahiran pedet yang sangat minimal. Sehingga prosentase CS yang tinggi ditambah peluang komplikasi yang berimbas pada peningkatan mortalitas pada sapi Belgian Blue sangatlah tidak menarik bagi mereka. Meskipun perhatian terhadap animal welfare sangat minimal pada perusahaan komersial, namun hal ini tetap tidak dapat diterima secara ekonomis.
Isu kedua adalah, jumlah CS yang dapat dilakukan pada seekor induk sapi sangatlah terbatas yaitu rata-rata 3 kali atau jika dalam kondisi sangat khusus dimana fasilitas peternakan dan individu induk sangat superior, maksimal CS hanya dapat dilakukan 5 kali. Jika dibandingkan dengan sapi-sapi konvensional yang dapat menghasilkan sampai maksimal 15 keturunan (seperti pada bangsa South Devon), maka purebred Belgian Blue sangat tidak menguntungkan secara finansial.
Isu-isu lain terkait animal welfare
Selain CS, mutasi pada gen myostatin yang mengarah pada sifa DM juga mempengaruhi fungsi tubuh dan fungsi biologis lain secara negative. Pembengkakan lidah (macroglossia) dan abnormalitas bentuk rahang (prognathism) mempengaruhi kemampuan pedet untuk menyusu dan menyebabkan tingkat mortalitas yang tiinggi jika tidak mendapatkan perawatan khusus. Pedet Belgian Blue juga kerap mati mendadak karena kondisi jantung yang abnormal. Kadang kematian juga disebabkan karena gangguang pernapasan akibat dari abnormalnya paru-paru dan saluran pernafasan yang menyebabkan pedet kekurangan oksigen.
Kurangnya kolagen serta kurang gerak pada masa kebuntingan akibat uterus yang sempit atau ukuran pedet yang terlalu besar dapat menyebabkan kekakuan sendi dan kerapuhan tulang pada pedet Belgian Blue. Sapi-sapi dengan kelainan tulang ini biasanya dipelihara untuk segara disembelih pada umur kurang dari satu tahun.
Perototan ganda pada sapi Belgian Blue tidak berarti bahwa otot tambahan ini memiliki kemampuan atau fungsi biologis yang normal. Bahkan sapi Belgian Blue yang dikategorikan ”sehat”, memiliki abnormalitas dalam berjalan dan bergerak secara umum. Kondisi ini membuat mereka tidak dapat beraktifitas dengan normal tanpa perawatan yang khusus. Mutasi ini juga mempengaruhi saluran reproduksi dan menurunkan fertilitas sapi betina. Pada sapi jantan, pengaruhnya berupa testis yang mengecil, rendahnya libido dan dewasa kelamin yang lambat. Terdapat pula laporan bahwa sapi ini sangat rentan terhadap stress, terutama terkait cuaca.
Masa depan sapi Belgian Blue
Dari sudut pandang ekonomis, selama demand daging sapi rendah lemak masih ada, maka breeder Belgian Blue akan merasa masih memiliki alasan dan justifikasi untuk terus mengembangkan sapi ini. Namun, isu animal welfare terus dan semakin mendapatkan tempat di pemikiran masyarakat dan para legislator di negara maju. Di Uni Eropa, meskipun beberapa negara tidak melarang pengembangan sapi Belgian Blue secara eksplisit, namun beberapa lembaga akreditasi peternakan telah menerapkan standar-standar terkait isu animal welfare yang dapat membatasi perkembangan bangsa sapi ini. Contohnya “the Soil Association” yang merupakan organisasi pemberi sertifikat organic terbesar di UK, memiliki standard “menghindari masalah kelahiran ternak”; sesuatu yang tidak dapat dipenuhi bangsa sapi Belgian Blue.
Seperti telah diketahui, berbagai asosiasi, pembuat kebijakan dan konsultan peternakan di Australia, Canada dan sebagian Amerika Serikat tidak merekomendasikan pemeliharaan purebred Belgian Blue. Meskipun orang-orang ini tidak terlalu memikirkan aspek welfare, namun peristiwa-peristiwa seperti CS dengan biaya tinggi, umur produktivitas induk yang pendek sama sekali tidak sesuai dengan system pemeliharaan sapi potong di negara-negara tersebut.
\
Dengan kondisi tersebut, keberadaan sapi Belgian Blue maksimal adalah sebagai penyedia pejantan penghasil semen bagi program crossbreeding baik dengan AI atau sebagai penghasil embryo untuk embryo transfer. Namun sekali lagi, produk-broduk ini memerlukan populasi purebred dengan kondisi welfare yang sangat memprihatinkan dan berbiaya tinggi.***