“Berteman” dengan Lebah, Slamet Suryadi Raup Omzet Rp 30 Juta Per Bulan

Bagi sejumlah petani, lebah terkadang dianggap sebagai musuh. Sehingga keberadaan lebah di lahan pertanian dan perkebunan kerap dianggap berbahaya sehingga harus diusir.

Padahal, lebah bukanlah tawon yang memang kerap membahayakan karena sengatnya. Justru, kehadiran lebah bisa memberikan berkah karena madu yang dihasilkan.

Pun, keberadaan hewan jenis serangga ini juga menjadi indikator bahwa kondisi lingkungan memang lestari sehingga mendukung lebah bisa mendapatkan madu dari tanaman yang ada di sekitarnya.

“Tapi saya nggak ikut-ikutan anti dengan lebah. Justru dari berbagai tulisan yang saya baca, lebah adalah kawan. Jika dibudidayakan, lebah akan menghasilkan madu dan punya nilai ekonomi tinggi,” ujarnya.

Berangkat dari itu, sekitar tahun 2010 Slamet mulai mencoba untuk membudidayakan lebah madu. Sedikit demi sedikit koloni lebah yang dibudidayakan menghasilkan. Usaha peternakan lebah madu pun mulai berjalan. Dia punya prinsip tidak mau mencampur madu dengan bahan lain agar madu yang dijual ke konsumen benar-benar murni. Karena komitmen untuk menjaga mutu inilah, dia mulai mendapatkan kepercayaan dari konsumen, utamanya dari lembaga pemerintahan dan korporasi swasta. Dari konsumen intstitusi tersebut, Slamet mendapatkan order tetap setiap bulannya. Slamet juga melayani konsumen perorangan yang memang membutuhkan madu. Untuk memperluas jangkauan pasar, dia melakukan diversifikasi produk. Yakni dengan membuat produk madu herbal yang berupa madu murni dengan bawang putih.